Para siswa siswi dari organisasi Global Eksploration ketika menari bersama siswa SMA YPPK Santo Thomas Wamena. Jubi/Islami
Wamena, Jubi – Sebanyak 14 siswa dan dua guru pembimbing setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dari berbagai sekolah di Belandayang tergabung dalam organisasi Global Eksploration, Selasa (4/8/2015) mengunjungi SMA YPPK Santi Thomas Wamena untuk bertukar ilmu dan pengalaman bersama siswa-siswi di SMA Santo Thomas.
Saat mengunjungi SMA YPPK Santo Thomas, para siswa dari Belanda disuguhkan dengan kehangatan dan berbagai tarian Yospan, tarian khas masyarakat pegunungan dan juga saling berinteraksi bersama-sama siswa-siswi Santo Thomas.
Perwakilan Yayasan Putri Kerahiman Papua di Wamena yang bekerjasama dengan organisasi Global Eksploration, Pastor Frans Lishout, OFM menjelaskan, ada suatu organisasi di Belanda yang namanya Global Eksploration yang bertujuan untuk mengajak pelajar-pelajar seperti mereka yang baru lulus SMA supaya mereka juga diperkenalkan dengan dunia lain di luar Belanda.
Dari program yang dicanangkan organisasi Global Eksploration, ada kelompok siswa yang ke Papua, Afrika, Vietnam dan negara lainya, dengan tujuan untuk mengenal dan memupuk rasa persaudaraan antara bangsa-bangsa.
“Jadi, kita tidak hanya berkelahi tetapi juga bersahabat. Hal ini sesuatu yang lebih berharga dari pada membawa uang, dengan wujud solidaritas dengan orang lain,” kata Pastor Frans kepada wartawan disela-sela kegiatan.
Disisi lain Ketua Yayasan Putri Kerahiman Papua, Carlos Matuan mengatakan, dalam kunjungan ke Wamena para siswa dari Belanda juga tidak hanya mengunjungi sekolah-sekolah, tetapi tempat lainnya dan akan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal.
Seperti dalam kunjungan ke Jayapura beberapa hari lalu, mereka melakukan perbaikan rumah seorang penyandang cacat rumah yang sudah lapuk menciptakan rumah menjadi baik.
Begitu pula yang akan dilakukan di Wamena, di mana para siswa dari Belanda ini akan megunjungi rumah-rumah adat, sekolah-sekolah dan tempat lain yang bisa dikunjungi sehingga mereka bisa merasakan suasana yang dialami masyarakat di lembah baliem ini.
“Besok, (hari ini,red) mereka bukan hanya menonton masyarakat dalam melakukan bakar batu, tetapi juga belajar cara bakar batu dengan masyarakat. Proses bakar batu di Distrik Wouma dan akan terlibat langsung proses bakar batu dan juga akan tidur di kampung sehingga bisa merasakan bagaimana orang Baliem itu tidur,” kata Carlos Matuan.
Sementara itu perwakilan siswa dan siswi dari Belanda, Peter-Jan Derhs dan Cecile Schulte mengaku terkesan dengan budaya Papua ketika masih di Danau Sentani, Depapre dan juga Wamena dan mereka sangat bahagia untuk bisa bukan hanya menyaksikan juga ikut serta dengan masyarakat setempat.
“Sangat menonjol adalah masyarakat di Papua lebih terbuka dan suka berkomunikasi, itu satu perbedaan khususnya dengan di Eropa, di mana individualisme begitu kuat seperti contoh ketika berjalan tidak ada yang berjabat tangan, berbeda dengan di Papua masyarakatnya bersahabat dan hangat dalam menyambut kami,” kata Peter-Jan Derhs.
“Kami juga mengalami sejumlah nilai hidup baik, yang dulu juga ada di Eropa khsusunya di Belanda tetapi sudah hilang dan kami menemukanya kembali di sini dan kami akan menceritakan keramahtamahan, kegembiraan itu adalah nilai yang sangat memperkaya orang dimana lebih penting dari segala barang atau lainnya,” tambah Cecile Schulte.
by Islami Adisubrata(Jubi)