Inspiration :

Kejahatan Hanya Butuh Satu Hal : "Kalau Orang Baik dan Tahu Tidak Berbuat Apa-apa"

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 12 April 2017

Foto Kasantho 20 Wamena

Kamis, 06 April 2017

LAWAN POKJA PAPUA: Mama-Mama Pasar Jayapura dan Mama-mama Pasar Wamena

Rumah Bina-Baku Peduli Wamena(6/4/2017): Setelah menonton Film “Awin Meke” karya Papuan Voices tentang perjuangan mama-mama di Jayapura, saya bersama teman-teman dari KOSANUS(Komunitas Sahabat Nusantara) Wamena Tony Lany, Gemma Wokomom dan Lita dirangsang melalui diskusi benas untuk lebih memedulikan masalah-masalah yang terjadi di pasar Wamena oleh Komunitas RumahBina_Bakupeduli Wamena yaitu Kk Flory, Kk Fx Making dan Kk Tri Ari Shanti selama 3 Jam lebih.

Dalam diskusi tersebut, kami dicoba untuk membandingkan Masalah-masalah yang dialami oleh Mama-mama pasar di Jayapura dan mama-mama di Wamena. Sehingga kami sadar bahwa realita yang terjadi adalah Pembangunan pasar di Wamena terjadi regenerasi yang membuat OAP(Orang Asli Papua) tersingkir. Akibatnya banyak mama-mama yang merasa tidak nyaman dalam penjualan. Hal tersebut dianggap biasa saja selama ini oleh masyarakat setempat padahal dibalik itu ada masalah besar yang tersembunyi. untuk melihat itu, Berikut adalah beberapa ulasan yang kami peroleh dalam diskusi tersebut, anatar lain :

1. Pasar Tidak Strategis

Salah satu alasan pasar mama-mama di Jayapura berontak karena pasar mereka tidak strategis. Artinya pasar mereka jauh dari terminal sementara pasar para Non OAP atau pendatang membuat pasar di dekat terminal. Sehingga pembeli turun dari mobil langsung belanja di pasar Non OAP. Sementara pasar mama-mama OAP berjarak 1 km dari terminal. Jadi pembeli siapa yang pergi beli jauh-jauh sementara sayur yang ia cari sudah ada di depan mata? Maka dengan alasan itulah mama-mama di pasar Jayapura demo untuk mengusir POKJA Papua yang merupakan Kelompok Pasar yang merupakan komisi khusus dari Presiden Jokowi.

Bila dibandingkan dengan pasar di wamena, hal tersebut sudah terjadi dan sedang terjadi bahkan akan terjadi. Buktinya yang sudah terjadi adalah pasar baru atau disebut pasar Jibama yang lataknya 2 kilo lebih dari kota atau pasar sebelumnya. Pasar Sebelumnya adalah pasar Lama atau disebut dengan pasar Nayak yang sekarang menjadi Mall Wamena yang berada di pusat kota sehingga boleh dibilang cukup strategis pada waktu itu.  Namun dengan alasan pasar yang tidak layak, maka pemerintah memindahkan mama-mama ke pasar baru jauh dari kota tepatnya di utara kota Wamena. Sehingga akibatnya masyarakat dan pembeli dari wamena timur, selatan dan tengah membuat pasar dan terminal baru di tiap2 titik di kota wamena yakni di pinggir jalan dan depan ruko. Maka disebutlah pasar misi bagi mama-mama dari Wamena timur, Pasar Sinakma bagi mama-mama dari Wamena Selatan dan Pasar Jalan Irian bagi mama-mama yang tinggal di kota. Sehingga pasar jibama menjadi pasar bagi mama-mama dari Barat dan Utara.

2. Pasar Tidak Layak

Pasar mama-mama di Jayapura berjuang untuk diberikan pasar yang layak dan mengusir para pendatang Non OAP yang berdagang di terminal. Karena dari letak mereka yang tidak strategis bahkan pasar yang tidak layak khususnya tidak ada air bersih untuk mencuci sayur mayur yang dijualnya. 

Hal yang sama terjadi juga di wamena. Yang sebelumnya karena tidak strategis dan pemerintah bangunkan pasar baru, namun dianggap kurang ramai sehingga pemerintah mengambil kebijakn untuk memberikan peluang kepadanpedagang Non OAP untuk menjual barang-barang produksi dari luar Wamena dan Papua di ruko-ruko dekat pasar. Sehingga mama-mama yang berjualan tetap diluar tada panas, hujan, angin dan debu serya dengan dipenuhi rasa takut ketika ada perkelahian atau kericuhan dari orang mabuk. Karena akan membuat mereka lari dan meninggalkan jualannya sementar pedagang Non OAP ketika ada keributan hanya menutup pintu ruko selesai dan aman.

3. Bangun Pasar Baru

Di Jayapura, dengan perjuangan mama-mama selama 15 tahun tersebut, saat ini pemerintah (Jokowi) sedang membangun pasar 4 lantai untuk mereka. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah untuk meramaikan pasar tersebut harus ada jualan barang2 produksi dari luar papua? 

Maka untuk menjawab itu, sudah terjadi di wamena. pemerintah memberikan peluang untuk para pedagang non OAP untuk menjual barang-barang impor seperti di pasar jibama. Semua ruko di pasar tersebut didagangkan oleh padagang non OAP. Bukan hanya itu, pedagang non OAP juga menjual sayur-sayuran seperti yang dijual oleh mama-mama. Hal ini terbukti di hampir semua pasar di beberapa titik kota Wamena. Sehingga untuk menjawab itu, pemerintah membangun pasar tradisional di Potikelek. Hal ini dipengaruhi juga oleh pemahaman pada masyarakat bahwa ketika diberikan bangunan baru berarti berhasil. Namun realita hingga saat ini, pasar tersebut masih sepi (tidak ada pembeli) sehingga mereka (mama-mama OAP) kembali menjual di pinggiran jalan dan depan ruko. Sekarang bagaimana solusinya? Apakah pemerintah harus datangkan pedagang non OAP untuk berdagang barang impor agar pasar ramai? Apakah setelah itu para pedagang non OAP akan menjual juga sayur-sayuran seperti mereka?

4. Modal Usaha dan Kemampuan Berdagang (Khusus di Wamena)

Budaya wamena membuat orang asli wamena sangat baik terhadap orang lain. Sehingga budaya tersebut membuat orang wamena sangat terbuka bagi orang lain. Sehingga untuk kemampuan berdagang masih dibilang sangat sulit. Namun demi perubahan untuk wamena yang lebih baik, maka kita yang mengerti harus berani mengubah budaya tersebut. 

Dan juga untuk modal usaha, kebanyakan mama-mama dengan produksi sendiri di kebun mereka masing-masing. Namun akhiepr-akhir ini, pemerintah mulai mengimpor sayur-sayuran dari luar wamena hingga luar papua. Dan itu harganya lebih murah dibandingkan dengan sayur hasil bumi sendiri di wamena. Sehingga untuk daya saing melemah bagi mama-mama OAP. 


Berdasarkan  4 hal diatas, masalah pasar tidak akan terpecahkan jika dana otsus untuk papua dibangun hanya untuk pembangunan fisik dan bukan pembangunan masyarakat. Sehingga masyarakat masih tidak mengerti untuk cara berdagang yang baik dan lain-lain akhirnya mereka akan dpkalah bersaing dan tersingkir dari pasar. Salah satu faktor dari mereka sendiri adalah tidak memperhitungkan waktu musim dan panen pada sayur-sayuran. Karena saat ini, jika meeeka melihat Wortel laku, maka semua akan menanam Wortel. Sehingg sat memanen, harga wortel turun dan banyak yang tidak laku. Negitu juga dengan hasil bumi lainnya yang mereka jual.

Maka dari itu, mari kita anak-anak muda lembah ini untuk memperbaiki pemahaman dan masalah-masalah ini. Karena selama ini ini, masalah sebesar ini kita anggap biasa-biasa saja. Ayo kita selamatkan mama-mama kita yang berjualan di pinggir jalan dan depan-depan ruko di kota wamena. Kalau bukan kita sendiri siapa yang akan membangun dan meperbaiki semua ini???? Orang hanya datang untuk keuntungan mereka pribadi masing-masing. Jadi jangan berharap orang lain akan membangun. 

Mari kita dukung mama-mama kita, kar3na mereka adalah “Pahlawan dari terbitnya matahari hingga terbenamnya mata suami”-Ence G. Dan semua kejahatan dan kehancuran terjadi karena satu hal yaitu ORANG BAIK DAN TAHU NAMUN TIDAK BERBUAT APA-APA,,,,

Semoga bermanfaat,,, wah wah wah

Minggu, 05 Maret 2017

Karnaval SMA YPPK Santo Thomas Wamena : K20
















Kasantho_20 Activity Photos








Foto Tracking kasantho_20 Wamena









Sabtu, 04 Maret 2017

Foto Anak-Anak SMA YPPK Santo Thomas Wamena : XII IPA 1






















 
.ppt{text-align:center;background:linear-gradient(to bottom,#fefefe 0%,#d1d1d1 100%);border:1px solid #A8A8A8;border-radius:5px;margin:20px auto;width:80%;box-shadow:1px 30px 30px -26px #818181} .ppt-responsive{position:relative;padding-bottom:56.25%;height:0;overflow:hidden;margin:8px} .ppt-responsive iframe{position:absolute;top:0;left:0;width:100%;height:100%;border:0}