Inspiration :

Kejahatan Hanya Butuh Satu Hal : "Kalau Orang Baik dan Tahu Tidak Berbuat Apa-apa"

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 28 Februari 2017

Pengertian Koteka

Koteka Pegunungan Tengah Papua



Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya sebagian penduduk asli Pulau Papua. Koteka terbuat dari kulitlabu air, Lagenaria siceraria. Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Secara harfiah, kata ini bermakna"pakaian", berasal dari bahasa salah satu suku di Paniai. Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya holim atau horim.

Tak sebagaimana anggapan umum, ukuran dan bentuk koteka tak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di sana dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja, dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalamupacara adat.

Namun, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Yali, misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkano rang Tiom biasanya memakai dua labu.


Sumber :
https://id.m.wikipedia.org/

Tags:
#pengertiankoteka #kotekawamena #koteka #penjelasantentangkoteka #budayawamena #pegunungantengahPapua

Desainer Asolokobal Wamena: Yano Lokobal

Desain Interior Meeting Room/Ruang rapat





“Bagi yang mau Berusaha pasti mengikuti tahapan-tahapan pembelajaran seperti susunan Tangga, Tidak Mungkin akan menginjak anak tangga yang ke III sebelum menginjak anak tangga yang ke I atau yang ke II, Pastinya lebih dahulu menginjak anak tangga dari dasar 0-1-2 dan seterusnya. Jadi syukurilah Apa yang pernah Belajar dan apa yang sementara belajar, dan juga apa yang akan mau belajar untuk mencapai keberhasilan” begitulah kata seorang desainer asal wamena, papua ini di akun facebooknya seusai mendesain Interior Meeting Room/Ruang rapat dengan ukuran ruang 3x6 di Tomohon-Manado kemarin(Sen/27/2/2017).


Menurutnya Ruang rapat ini bisa menampung 10 orang dibagi 8 orang para anggota Rapat dan 2 orang dokumentator.

Saat ini dia sedang kuliah di ITM(Institut Teknologi Minaesa) Tomohon-Manado. Mari kita tingkatkan terus bakat kita Sahabat Kreatif Koteka, karena kitalah masa kini dan masa depan kota koteka di pegunungan tengah papua. Wah wah wah


Sumber :

https://mobile.facebook.com/story.php?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C1728729438


Karya-karya Yano yang lain :




Senin, 27 Februari 2017

Foto-foto Komunitas Sahabat Nusantara Wamena 1

Sahabat Kreatif, kali ini admin tambahkan beberapa foto dari teman-teman Komunitas Sahabat Nusantara Wamena. Langsung saja, berikut foto-fotonya...

foto bersama teman-teman KANJAL(Komunitas Anak Jalanan) seusai ibadah bersama di sepan Mall Wamena

Panitia Perayaan Valentine Day 2017 bersama Komunitas Sahabat Nusantara dan KANJAL saat pembagian bunga Valentine di Kantor DPRD kab. Jayawijaya

 Saat interview untuk produksi film tentang tokoh-tokoh sejarahwan kota Wamena bersama narasumber sekaligus penasehat Komunitas sahabat Nusantara wamena Nico R Lokobal(duduk) dan pimpinan redaksi majalah inspirasi Alex Japalatu(kedua dari kanan) dengan Komunitas Sahabat Nusantara Wamena Gemma Wokomom(Kiri), Tigor Kogoya(kedua dari kiri), Anes Yerwuan(tengah) dan Linda Balingga(kanan)


                         
Saat merayakan hari Valentine 2017 dwngan pemutaran Film dokumenter karya anak-anak komunitas sahabat nusantara dengan judul "sa butuh ko pu cinta" dan pentas seni lainnya seperti group band, dance di depan Maal Wamena yang diselenggarakan oleh Komunitas Sahabat Nusantara Wamena bersama Distrik Kota Wamena.

Saat Resfresing di Walesi

Saat shooting dgn bus di Napua, Gemma wokomom(kiri), Tony Lany(tengah) dan Benedikta Lobya(kanan)

Benedikta Lobya berpose bersama sahabat nusantara jalan irian KANJAL


14 Siswa Belanda Kunjungi SMA YPPK Santo Thomas

Para siswa siswi dari organisasi Global Eksploration ketika menari bersama siswa SMA YPPK Santo Thomas Wamena. Jubi/Islami

Wamena, Jubi – Sebanyak 14 siswa dan dua guru pembimbing setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dari berbagai sekolah di Belandayang tergabung dalam organisasi Global Eksploration, Selasa (4/8/2015) mengunjungi SMA YPPK Santi Thomas Wamena untuk bertukar ilmu dan pengalaman bersama siswa-siswi di SMA Santo Thomas.

Saat mengunjungi SMA YPPK Santo Thomas, para siswa dari Belanda disuguhkan dengan kehangatan dan berbagai tarian Yospan, tarian khas masyarakat pegunungan dan juga saling berinteraksi bersama-sama siswa-siswi Santo Thomas.
Perwakilan Yayasan Putri Kerahiman Papua di Wamena yang bekerjasama dengan organisasi Global Eksploration, Pastor Frans Lishout, OFM menjelaskan, ada suatu organisasi di Belanda yang namanya Global Eksploration yang bertujuan untuk mengajak pelajar-pelajar seperti mereka yang baru lulus SMA supaya mereka juga diperkenalkan dengan dunia lain di luar Belanda.
Dari program yang dicanangkan organisasi Global Eksploration, ada kelompok siswa yang ke Papua, Afrika, Vietnam dan negara lainya, dengan tujuan untuk mengenal dan memupuk rasa persaudaraan antara bangsa-bangsa.
“Jadi, kita tidak hanya berkelahi tetapi juga bersahabat. Hal ini sesuatu yang lebih berharga dari pada membawa uang, dengan wujud solidaritas dengan orang lain,” kata Pastor Frans kepada wartawan disela-sela kegiatan.
Disisi lain Ketua Yayasan Putri Kerahiman Papua, Carlos Matuan mengatakan, dalam kunjungan ke Wamena para siswa dari Belanda juga tidak hanya mengunjungi sekolah-sekolah, tetapi tempat lainnya dan akan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal.
Seperti dalam kunjungan ke Jayapura beberapa hari lalu, mereka melakukan perbaikan rumah seorang penyandang cacat rumah yang sudah lapuk menciptakan rumah menjadi baik.
Begitu pula yang akan dilakukan di Wamena, di mana para siswa dari Belanda ini akan megunjungi rumah-rumah adat, sekolah-sekolah dan tempat lain yang bisa dikunjungi sehingga mereka bisa merasakan suasana yang dialami masyarakat di lembah baliem ini.
“Besok, (hari ini,red) mereka bukan hanya menonton masyarakat dalam melakukan bakar batu, tetapi juga belajar cara bakar batu dengan masyarakat. Proses bakar batu di Distrik Wouma dan akan terlibat langsung proses bakar batu dan juga akan tidur di kampung sehingga bisa merasakan bagaimana orang Baliem itu tidur,” kata Carlos Matuan.
Sementara itu perwakilan siswa dan siswi dari Belanda, Peter-Jan Derhs dan Cecile Schulte mengaku terkesan dengan budaya Papua ketika masih di Danau Sentani, Depapre dan juga Wamena dan mereka sangat bahagia untuk bisa bukan hanya menyaksikan juga ikut serta dengan masyarakat setempat.
“Sangat menonjol adalah masyarakat di Papua lebih terbuka dan suka berkomunikasi, itu satu perbedaan khususnya dengan di Eropa, di mana individualisme begitu kuat seperti contoh ketika berjalan tidak ada yang berjabat tangan, berbeda dengan di Papua masyarakatnya bersahabat dan hangat dalam menyambut kami,” kata Peter-Jan Derhs.
“Kami juga mengalami sejumlah nilai hidup baik, yang dulu juga ada di Eropa khsusunya di Belanda tetapi sudah hilang dan kami menemukanya kembali di sini dan kami akan menceritakan keramahtamahan, kegembiraan itu adalah nilai yang sangat memperkaya orang dimana lebih penting dari segala barang atau lainnya,” tambah Cecile Schulte.

by Islami Adisubrata(Jubi)


Kamis, 23 Februari 2017

Jalan Trans Papua: Kebohongan Pemerintah?




Diskusi Rumahbina-Bakupeduli, Sel 21 Feb 2017
Dua hari terakhir masyarakat Papua dikejutkan dengan berita di salah satu media online nasional tentang pembangunan jalan Trans Papua. Diberitakan bahwa jalan Trans Papua dari Jayapura ke Merauke sudah bisa dilalui mobil. Berita tersebut menyertakan juga foto jalan tanpa keterangan lokasi foto tersebut. Dalam foto itu, tampak jalan tersebut mulus.Jika masyarakat Papua kaget, rakyat Indonesia berbangga dengan kinerjapemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi. Bangga karena pemerintah dianggap berhasil membuka isolasi wilayah Pedalaman Papua setelah puluhan tahun dijadikan bagian dari Indonesia.Apakah yang diberitakan itu riil?? Keheranan masyarakat Papua menunjukkan bahwa masyarakat Papua sendiri belum menemukan apalagi bisa menggunakan jalan tersebut dari Jayapura ke Merauke.Media nasional seringkali mengabaikan fakta kekerasan, pembunuhan atau kondisi tanpa pelayanan kesehatan maupun pendidikan di Papua. Namun ketika hal yang membanggakan Jakarta, media nasional dengan cepat mengangkatnya meskipun hal itu baru niat atau rencana. Demikianpun kalau ada OPM yang menyerahkan diri, media nasional bahkan lebih cepat memberitakannyadaripada media di Papua, meski kadang kejadian itu dianggap tidak benar atau merupakan kejadian yang diseting.Negaraharus jujur terhadap rakyat Papua. Media pun jangan tipu-tipu. Terlalu sakit hati rakyat Papua selalu dibohongi.

by Rumahbina-Bakupeduli

Lihat selekapnya di http://tabloidjubi.com/artikel-3894-jalan-trans-papua-antara-propaganda-rencana-dan-kisah-nyata.html

Rabu, 22 Februari 2017

Valentine Day, Anak Jalanan Wamena Ingin Tahu Siapa Bapak Mereka

Wamena, Jubi - Memperingati hari kasih sayang atau valentine day, 14 Februari 2017, sejumlah anak muda Wamena yang tergabung dalam Komunitas Sahabat Nusantara menggelar beberapa kegiatan kreatif dengan bertema pakima nomokogo hano (adalah baik hidup aman bersama). Pesan yang hendak disampaikan dari kegiatan itu adalahn anak-anak ingin tahu siapa bapak mereka.

“Diantaranya pemutaran beberapa video dokumenter karya adik-adik sendiri, konser lombah foto, pembagian bunga dan lain-lain,” kata Yance Itlay, Sekretaris komunitas sahabat nusantara Wamena, Senin, (13/2/17).

“Yang ingin disampaikan ke sumua publik lebih khusus instansi pemerintah baik eksekutif, legislatif bahwa anak-anak ini membutuhkan kasih sayang seorang ayah atau bapak yang bisa melihat apa yang menjadi kerinduan, keluhan, kebutuhan, penderitaan, yang selama ini mereka rasakan di jalanan. Intinya mau bilang bapak atau ibu kami tunjukan dirimu, begitu” ungkap Yance.

Yance berharap kegiatan itu mendapat respon baik oleh para pihak di kota dingin itu, terlebih pemerintah Kabupaten Jayawijaya.

“Harapan kami kiranya apa yang akan menjadi keluhan atau penderitaan teman-teman kami yang ada di jalan bisa diterima, bisa ditanggapi oleh pemerintah, oleh instansi-instansi yang berkompenten,” harapnya.

Komunitas Sahabat Nusantara Wamena adalah sebuah wadah yang baru terbentuk dua pekan lalu oleh sejumlah anak muda di Wamena dalam rangka perayaan valentine day.

Komunitas yang beranggotakan pelajar SMA, SMP bahkan SD dan pemuda-peumudi di Wamena didukung pemerintah distrik Wamena kota.

Berbagai persiapan pun telah dilakukan diantarahnya pembuatan film dokumenter aktivitas anak jalanan, film kisah mama-mama Papua petugas kebersihan jalan dan beberapa kisah tentang kasih sayang.

“Kita sudah bikin beberapa film termasuk tentang anak jalanan, ternyata mereka (anak-anak jalanan) itu tidak seperti apa yang kita pikirkan, mereka sama dengan kita. Mereka terima kita baik, hanya stigma kalo anak-anak itu tidak baik,” ujar Gema Adolfina Wakumom, salah satu pembuat film anak jalanan, Selasa (14/2/2017).

Dengan demikian, Adolfina dan kawan-kawannya ingin memyampaikan pesan melalui karya filemnya bahwa anak jalanan membutuhkan kasih sayang dari orang tua yang sama dengan anak-anak lainnya.

“Mereka butuh bapak, butuh ibu, saya dengar cerita mereka itu hati ini kaya bagaimana e, sedih juga ternyata stigma negatif selama ini, itu tidak benar,” ungkapnya.

Selain pemutaran film dokumenter, peringatan hari kasih sayang yang direncanakan didepan Wamena Mall itu akan dimerihakan dengan pameran foto agamua sege fotografer, pertunjukan hip-hop, dance, regae dan penampilan musik etnik dari suarek studio, pembagian bunga kasih sayang dan beberapa kegiatan lainnya. (*)
Reporter :Wesai H
ronny@tabloidjubi.com

Editor : Yuliana Lantip

 
.ppt{text-align:center;background:linear-gradient(to bottom,#fefefe 0%,#d1d1d1 100%);border:1px solid #A8A8A8;border-radius:5px;margin:20px auto;width:80%;box-shadow:1px 30px 30px -26px #818181} .ppt-responsive{position:relative;padding-bottom:56.25%;height:0;overflow:hidden;margin:8px} .ppt-responsive iframe{position:absolute;top:0;left:0;width:100%;height:100%;border:0}