Inspiration :

Kejahatan Hanya Butuh Satu Hal : "Kalau Orang Baik dan Tahu Tidak Berbuat Apa-apa"

Jumat, 17 Mei 2019

SEKOLAH SABAT PELAJARAN KE 7




Sabat, 11 MEI 2019

 

KUNCI KEPADA KESATUAN KELUARGA


SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Kej. 33: 12-14; Rut 1: 16-18; Yoh. 17: 21-26; Gal. 3: 28; Ef. 2: 11-22; 5: 21-6: 9.

Ayat Hafalan
: "Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku" (Yohanes 17: 21).

Kehidupan keluarga menunjukkan berbagai musim kehidupan yang berbeda bagi orang yang berbeda. Bagi ayah dan ibu, kehadiran anak-anak dalam kehidupan mereka merupakan satu perubahan yang besar, salah satu yang bertahan dalam kehidupan mereka. Dan untuk anak cucunya, tentu saja, dari yang tidak ada menjadi ada, sesungguhnya satu masa peralihan yang besar. Kemudian juga, anak-anak melewati berbagai tahap kehidupan sampai mereka meninggalkan rumah, tentu saja, mereka akan memiliki anak sendiri.

Ya apakah orang tua ataukah anak di dalam keluarga, kita semua bergumul dengan hal yang sama, dan ini adalah sifat orang berdosa yang telah jatuh, sedikitnya yang dapat membuat persatuan dalam kehidupan keluarga sangat menantang.

Ya, di dalam tubuh Yesus Kristus di kayu salib, semua manusia telah didamaikan dengan Allah dan satu sama lain (Ef 2: 13-16; Kol. 1; 21-23), tetapi pada tingkat praktis sehari-hari kita harus sesuaikan untuk diri kita sendiri, rahmat Kristus, yang satu-satunya dapat membuat kesatuan keluarga menjadi satu pengalaman yang hidup bagi semua yang mencarinya dalam iman. Hal ini harus menjadi pengalaman sehari-hari dalam hidup kita.

Untungnya, melalui kasih karunia Kristus, itu bisa terjadi.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 18 Mei.



MINGGU, 12 MEI 2019
KRISTUS SEBAGAI PUSAT

Ilustrasi apakah yang digunakan Paulus untuk menggambarkan kesatuan baru yang ada di antara manusia di dalam Kristus? Bagaimanakah Kristus membuat “satu” dari “dua”? Ef. 2: 11-22; lihat juga Gal. 3: 28.
Salib Kristus mengangkat penghalang yang memisahkan manusia satu dengan yang lain. Dinding yang memisahkan para penyembah dalam bait suci orang Yahudi, laki-laki dari perempuan, dan orang Yahudi dari orang yang bukan Yahudi. Menggambarkan persatuan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi di dalam Kristus, Paulus menggunakan bahasa yang berlaku sama untuk bagian lain di antara bangsa-bangsa, kelompok, strata sosial, dan jenis kelamin. “Untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera” (Ef 2: 15) adalah kabar baik yang membantu pasangan untuk benar-benar mengetahui kesatuan “satu daging” dalam pernikahan. Juga, dengan iman dalam Kristus, keluarga yang sudah lama terbagi dapat berdamai kembali.

Adalah satu hal untuk mengutip ayat-ayat Alkitab tentang kesatuan dalam Kristus; dan hal lain untuk betul-betul mengalaminya. Perubahan-perubahan praktis apakah yang Kristus bawa ke dalam kehidupan kita yang memungkinkan kita untuk mengalami kesatuan dan persatuan yang telah dijanjikan kepada kita? Rm. 6: 4-7; 2 Kor. 5: 17; Ef 4: 24-32.
“Gambarlah sebuah lingkaran besar, dari pinggirnya banyak garis dan semua garis itu menuju ke tengah. Semakin dekat garis-garis itu mendekati pusatnya, semakin dekatlah semuanya kepada satu sama lain....

"Makin dekat kita datang kepada Kristus, semakin dekatlah kita kepada satu sama lain.”—Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld. 1, hlm. 168.

“Antara ayah dan anak, suami dan istri,... Kristus berdiri sebagai penengah, apakah mereka mampu mengenali-Nya atau tidak. Kita tidak bisa membuat kontak langsung di luar diri kita kecuali melalui Dia, Firman-Nya, dan melalui kita mengikuti Dia.”—Dietrich Bonhoeffer, The Cost of Discipleship (New York: The MacMillan Publishing Co., 1979), hlm. 108.

Seberapa dekatkah keluarga Anda, atau gereja Anda, kepada pusat dari lingkaran itu? Apakah lagi yang harus dilakukan agar hubungan menjadi seperti yang seharusnya?


SENIN, 13 MEI 2019
MENJADI SATU MELALUI KASIHNYA

“Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu” (1 Tes. 3: 12).

Yesus berdoa kepada Bapa-Nya bahwa para pengikut-Nya dapat “menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu” (Yoh. 17: 22, NIV). Rangkumkan apakah yang Yesus katakan di sini, fokuskan secara khusus pada peran kasih yang dibutuhkan untuk mencapai kesatuan ini.
Kesatuan di antara para pengikut-Nya ada di dalam pikiran Yesus dalam doa ini. Mengalami kasih agape adalah penting bagi kesatuan ini. "Agape” adalah kata Alkitab untuk kasih Allah digunakan dalam doa ini dan di dalam banyak tempat di dalam Perjanjian Baru. Kasih seperti itu adalah sifat alami Allah (1 Yoh. 4: 8), dan itu adalah pengenal pengikut-pengikut Yesus (Yoh. 13: 35). Kasih Allah tidak alamiah bagi hati manusia yang berdosa. Itu datang ke dalam hidup seseorang seperti Yesus berdiam dengan orang percaya oleh Roh-Nya (Rm. 5: 5; 8: 9, 11).

“Yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu ’’ (Yoh. 15: 12). Yohanes murid Yesus, yang menulis kata-kata ini, yang dulunya seorang yang angkuh, haus akan kekuasaan, suka mengkritik, dan bertemperamen panas (Mrk. 3: 17; Luk. 9: 54, 55; lihat juga Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 313,314).

Di kemudian hari dia ingat bagaimana Yesus terus mencintainya terlepas dari sifat-sifat ini. Kasih Yesus secara bertahap mengubah Yohanes. memungkinkan dia untuk mengasihi orang lain dalam kesatuan Kristen. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita)” (1 Yoh. 4: 19), dia menulis, dan “jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (1 Yoh. 4: 11).

Baca 1 Korintus 13: 4-8. Coba tempatkan nama Anda di mana kata “kasih” muncul. Apakah cocok? Mintalah Yesus untuk membawa sifat-sifat kasih ini ke dalam hidup Anda oleh Roh-Nya. Perubahan apakah yang mungkin diminta oleh Roh untuk membuat Anda menjadi Kristen yang ideal?



SELASA, 14 MEI 2019
KEEGOISAN : PENGHANCUR KELUARGA

“Jikalau kecongkakan dan mementingkan diri dikesampingkan, maka lima menit saja lamanya segala kesulitan yang paling sengit sudah lenyap.”—Ellen G. White, Tulisan-tulisan Permulaan, hlm. 194.

Sebagai manusia, kodrat kita telah dirusak oleh dosa. Dan barangkali, contoh terbesar dari kerusakan itu adalah kutukan keegoisan. Kita sepertinya terlahir egois; kita dapat melihat kenyataan ini pada anak-anak kecil, yang alaminya menginginkan hanya untuk diri mereka. “Saya, saya, saya...” Tetapi ketika kita beranjak dewasa sifat ini dapat menjelma dalam beberapa cara yang sangat mengerikan, khususnya di rumah.

Tentu saja. Yesus datang untuk mengubah hal ini (Ef 4: 24). Firman-Nya menjanjikan kita bahwa kita, melalui Dia, tidak harus dikuasai oleh sifat karakter yang merusak ini. Seluruh hidup-Nya adalah contoh sempurna dari apa artinya hidup tanpa keegoisan; sampai pada tingkat yang kita tiru dari kehidupan-Nya (1 Yoh. 2: 6), kita akan mengatasi kecenderungan untuk hidup hanya bagi diri kita sendiri.

Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang dikatakannya kepada kita tentang menjalani kehidupan yang tidak mementingkan diri sendiri?

Flp. 2: 3-5

1 Yoh. 3: 16-18
 
Seperti yang ditulis Ellen G. White di atas, jika kesombongan dan keegoisan dikesampingkan, begitu banyak masalah dapat diselesaikan dengan sangat cepat, jauh sebelum hal tersebut bernanah dan akhirnya berubah menjadi sesuatu yang sangat buruk. Semua anggota keluarga, khususnya orang tua, harus dibersihkan (Ams. 16: 6) dari dosa ini di kaki Salib (contoh terbesar di seluruh alam semesta mengenai tidak mementingkan diri sendiri), bahkan jika itu berarti terus-menerus, kembalilah ke salib dan berlutut dalam doa, iman, air mata, dan kepatuhan.

Berapa banyakkah waktu yang Anda habiskan di salib berjuang melawan keegoisan yang ada di dalam kehidupan Anda? Bagaimanakah ayat ini (Mat. 7: 16) membantu menunjukkan jika Anda telah menghabiskan cukup waktu di sana?


RABU, 15 MEI 2019
KEPATUHAN

 

Nasihat apakah yang Paulus miliki tentang kerendahan hati dan pelayanan dalam hubungan? Ef 5: 21. Menurut Anda bagaimanakah sikap ini berkontribusi pada persatuan di dalam gereja? Mengapakah hal ini begitu penting di rumah? Ef 5: 22-6: 9.

Kata “tunduk” (Ef 5: 21) berarti menempatkan diri dengan rendah hati di hadapan orang lain atas dasar pilihan sukarela. Dasar unik ini dimulai dengan Kristus (Mat. 20: 26-28; Yoh. 13: 4, 5: Flp. 2: 5-8) dan golongkan semua orang yang dipenuhi dengan Roh-Nya (Ef 5: 18). “Penghormatan untuk Kristus” adalah apa yang memotivasi orang untuk tunduk dengan cara ini (Ef 5: 21). Mutualisme dalam memberi diri adalah ajaran Kristen revolusioner tentang hubungan sosial. Hal itu menghidupkan realitas spiritual, semua adalah satu di dalam Kristus; tidak ada pengecualian.

Prinsip rumah tangga. Tempat untuk membuktikan kepatuhan Kristen adalah di rumah. Jika prinsip ini berhasil di sana, akan membuat perubahan yang mencolok di gereja. Paulus segera bergerak dari pengenalan prinsip-prinsip kepatuhan untuk membahas penerapannya dalam keluarga.

Tiga pasang hubungan dibahas dalam Efesus 5: 22-6: 9—hubungan yang paling lazim namun paling tidak setara dalam masyarakat. Tujuannya bukan untuk memperkuat tatanan sosial yang ada tetapi untuk menunjukkan bagaimana budaya iman Kristus bekerja ketika ada penyerahan sukarela yang berbeda secara radikal terhadap orang percaya satu sama lain.

Menurut Anda mengapakah Paulus secara konsisten berbicara lebih dulu kepada mereka yang secara sosial lebih lemah dalam budaya—para istri, anak-anak, dan hamba? Tuliskan frase yang memenuhi syarat yang berkaitan dengan kepatuhan di kolom masing-masing.
Ef 5: 22
Ef 6: 1
Ef 6: 5

Mereka dengan kekuatan sosial yang lebih besar—suami, orang tua, tuan— selalu dialamatkan yang kedua. Masing-masing menerima arahan yang cukup tidak lazim pada budaya. Arahan-arahan ini pasti mengejutkan para orang percaya pada abad pertama. Mereka meratakan tanah di sekitar salib dan membuka jalan bagi kesatuan sejati untuk dialami dalam satu hubungan.



KAMIS, 16 MEI 2019
MENGHIDUPKAN CINTA YANG KITA JANJIKAN

Akhirnya, persatuan dan kesatuan keluarga bergantung pada komitmen anggota keluarga, dimulai dengan komitmen dari pasangan yang menikah, untuk peduli satu sama lain. Sayangnya, sejarah Alkitab penuh dengan contoh-contoh kegagalan menepati janji, merusak kepercayaan, dan kurangnya komitmen yang seharusnya ada. Alkitab juga telah menggerakkan contoh-contoh dari orang-orang biasa yang, dengan bantuan Allah, berkomitmen kepada teman-teman dan keluarga mereka dan menepati janji mereka.

Lihatlah keluarga-keluarga berikut dan tingkat komitmen mereka. Bagaimanakah komitmen telah diperkuat dalam beberapa keluarga? Apakah yang mendorong komitmen ditunjukkan pada yang lain?

Komitmen orang tua-anak (Kej. 33: 12-14, Kel. 2: 1-10).    
Komitmen saudara kandung (Kej. 37: 17-28).
Komitmen keluarga (Rut 1: 16-18; 2: 11, 12, 20; 3: 9-13; 4: 10, 13).
Komitmen pernikahan (Hos. 1: 2, 3, 6, 8; 3: 1-3).

Ketika kita berkomitmen kepada orang lain, seperti dalam pernikahan atau dalam membuat keputusan atau untuk mengadopsi seorang anak, harus ada penyerahan diri dalam menentukan pilihan untuk masa depan, penyerahan kendali atas segmen penting dari kehidupan kita. Hukum dapat mengekang perilaku negatif, tetapi hubungan pernikahan dan hubungan keluarga membutuhkan cinta di dalamnya agar mereka bisa berkembang.

Apakah makna dari komitmen Yesus (lbr. 13: 5) bagi Anda secara pribadi? Apakah dampak komitmen-Nva bagi Anda terhadap komitmen Anda kepada-Nva, kepada pasangan Anda, kepada anak-anak Anda, dan kepada rekan-rekan seiman?





JUMAT, 17 MEI 2019
PENDALAMAN

 Ellen G. White, “Satu Lingkaran Suci,” hlm. 166-170, dalam Seri Membina Keluarga, jld. 1; Testimonies for the Church, vol. 6, hlm. 236-238.

Persatuan—pekerjaan pertama. “Tugas pertama dari orang-orang Nasrani ialah untuk bersatu dalam keluarga....

“Makin erat persatuan para anggota keluarga di dalam rumah tangga mereka, maka pengaruh para bapa dan ibu serta anak-anak pria dan wanita ditinggikan dan kegunaan pengaruh itu semakin meluas ke luar rumah tangga.”— Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld. 1, hlm. 35.

Rahasia persatuan keluarga. “Yang menyebabkan perpecahan dan perselisihan di dalam keluarga dan di dalam jemaat ialah pemisahan diri dari Kristus. Datang menghampiri Kristus berarti datang mendekatkan diri kepada satu sama lain. Rahasia persatuan yang benar di dalam jemaat dan di dalam keluarga bukanlah cara diplomasi, bukan usaha manusia yang gaib untuk mengalahkan segala kesukaran, mungkin banyak dari padanya yang akan berjasa, tetapi yang terutama ialah persatuan dengan Kristus.”—Hlm. 168.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1.    Bicarakan tentang kekuatan di dalam masyarakat Anda yang bekerja melawan persatuan keluarga. Solusi praktis apakah yang dapat Anda tawarkan kepada keluarga yang berjuang melawan pengaruh-pengaruh ini?

2.    Apakah ada keluarga di gereja Anda sekarang yang telah terpisah? Jika ada, apakah yang dapat Anda lakukan sebagai kelas untuk membantu setiap anggota dalam masa krisis ini?

3.    Bahaslah seluruh pertanyaan tentang kepatuhan ini. Bagaimanakah hal itu dipahami dalam konteks Kristen? Dalam hal apakah prinsip ini telah disalahgunakan?




#Sekolah Sabat #Sabat ke 7 #Download Sekolah Sabat #Download Sekolah Sabat 18 Mei 2019 #Download Sekolah Sabat 11 Mei 2019 #Sekolah Sabat Offline #Sekolah Sabat Pelajaran Ketujuh

0 komentar:

 
.ppt{text-align:center;background:linear-gradient(to bottom,#fefefe 0%,#d1d1d1 100%);border:1px solid #A8A8A8;border-radius:5px;margin:20px auto;width:80%;box-shadow:1px 30px 30px -26px #818181} .ppt-responsive{position:relative;padding-bottom:56.25%;height:0;overflow:hidden;margin:8px} .ppt-responsive iframe{position:absolute;top:0;left:0;width:100%;height:100%;border:0}